Memulai dari Diri Sendiri sebelum Mengajak Teman-teman
Tidak Harus Dari Nol
Memulai dari diri sendiri sebelum mengajak teman-teman demikian juga amati dan cermati juga 100 orang terkaya di dunia. Ternyata 90 persen adalah pengusaha. Betul? Salah! Bukan 90 persen, tapi 100 persen! Sekali lagi, 100 persen!
Selain itu sembilan dari sepuluh pintu rezeki berada di perniagaan. Kalau boleh saya bermain kata-kata, itu artinya, 90 persen uang dipegang oleh pengusaha. Dan zaman sekarang, yang terjadi malah lebih ekstrim lagi, di mana 95 sampai 98 persen uang digenggam oleh pengusaha. Wuih!
Baca Juga :
Passion adalah Perasaan Antusiasme
Bayangkan, seorang Muhammad cilik (saat itu belum diangkat jadi nabi) sudah terbiasa dengan perdagangan. Selain jujur dan gigih, ia juga dibimbing (mentoring) oleh pamannya. Sejak kecil sudah begitu. Kira-kira 15 tahun lagi, kaya nggak?
Jangankan beliau. Orang biasa saja, kalau berdagang dengan jujur, gigih, dan dibimbing, Insya Allah 15 tahun lagi pasti kaya. Apalagi beliau. Boleh dicatat, beliau berdagang lebih lama daripada itu, tepatnya 25 tahun. Serunya lagi, seorang Muhammad muda (sebelum diwahyukan jadi nabi) memilih untuk menjualkan barang-barang milik pedagang-pedagang di Mekkah. Semacam reseller.
Salah satunya, milik Khadijah. Ringkasnya, beliau nggak bikin produk sendiri. Dan keputusan menjualkan ini menjadi bahan renungan yang mendalam bagi saya, lalu pelan-pelan saya sesuaikan dengan konteks kekinian. Ternyata pas! Saat ini, memulai usaha dan mengubah nasib jauh lebih mudah daripada masa-masa sebelumnya.
Enggak harus memulai dari nol, di mana kita sibuk-sibuk mengurusi produksi, desain, legal, keuangan, SDM, dan lain sebagainya. Nggak harus. Alih-alih memulai dari nol, kita cukup memulai dari 'angka 5' atau 'angka 6' saja. Maksudnya? Kita cukup menjualkan saja.
Serahkan produksi, desain, legal, keuangan, dan SDM kepada pihak lain yang lebih senior, lebih ahli, dan lebih berpengalaman. Begini. Kita-kita yang berusia 20-30 tahun TIDAK terlalu direkomendasi untuk mengurusi produksi. Kenapa?
Pasalnya, untuk menghadirkan produksi yang efisien meniscayakan modal yang banyak, pengalaman yang banyak, juga output produksi yang banyak. Orang-orang muda kalau diminta begitu, bisa duduk terhenyak. Nggak sanggup. Makanya yang lebih saya sarankan adalah menjualkan. Di mana kita tos-tosan langsung dengan konsumen atau komunitas. Lebih praktis.
Mulai Dari Penjualan
Nah, kalau cuman menjualkan begini, kita semua juga bisa. Right? Istilahnya macam-macam, mulai dari dropship, reseller, agen, distributor, franchise, lisensi, sampai cabang. Modalnya nggak besar-besar amat tho?
Terutama kalau dropship, reseller, atau agen. Sementara, potensi margin perproduk yang bakal dipetik malah jauh lebih besar. Paham? Hm, sepertinya Anda perlu contoh. Baiklah, baiklah. Misal, Anda kenal produsen batik di kota Anda. Pemain senior nih. Batiknya indah dan harganya murah. Ya sudah, Anda jualkan saja batik mereka di kota berbeda.
Mungkin sebagai reseller. Mungkin sebagai agen. Atau Anda jualkan batik tersebut di kota yang sama dengan merek dan konsep yang berbeda. Bayangkan kalau kita ngotot mulai dari nol dan bikin batik sendiri, apa bisa? Bisa, tapi lama dan costly. Anda bisa menjadi reseller atau agennya. Tidak perlu malu. Tidak perlu gengsi. Seorang pemilik dealer Yamaha atau showroom Suzuki juga tidak mengurusi produksi. Perakitan pun tidak.
Dealer dan showroom tadi hanya fokus pada penjualan. Saya ulang, penjualan. Tetap bergengsi tho? Satu lagi. Kalau boleh saran, cari dan juallah produk yang relatif besar, minimal 20 persen.
Dengan margin yang relatif besar, Anda punya budget untuk memberi insentif kepada karyawan, komisi kepada penjual, beriklan, dan bersedekah. Kalaupun 10 persen stok tidak terjual (karena Anda masih pemula), toh Anda masih untung.
Bayangkan kalau marginnya kecil? Anda nggak bakal leluasa untuk bergerak. Saat 10 persen stok tidak terjual, otomatis Anda akan mengalami kerugian secara keseluruhan.
Begitulah, tidak ada yang salah dengan menjualkan. Masih ingat sama Jack Ma, pendiri Ali Baba? Awal-awal situs milik Jack Ma tidak mengurusi produksi. Dia hanya menjualkan, tepatnya mempertemukan pembeli dan penjual.
Awal-awal Chairul Tanjung tidak memiliki mesin fotokopi atau percetakan. Dia hanya menjualkan. Di satu sisi, seorang sahabatnya punya mesin. Di sisi lain, teman-temannya perlu buku praktikum yang murah. Sesederhana itu. Terlihat jelas tho? Awal-awal Jack Ma dan Chairul Tanjung hanya menjualkan.
Ya, men-ju-al-kan. Apa perlu saya ulang untuk ketiga kalinya? Saya harap kisah-kisah ini menjadi inspirasi bisnis bagi Anda dalam mengubah nasib. Tapi ini sih pilihan. Semua keputusan ada di tangan Anda. Toh, saya bukan saudara Anda, bukan sepupu Anda. Mana mungkin saya mempengaruhi keputusan Anda? Hehehe.
Izinkan saya memberi contoh yang lain. Seorang teman membuka sebuah rumah makan. Dia memulai dari nol. Sebelum subuh, dia sudah berangkat ke pasar. Mencari bahan-bahan makanan yang bagus dan murah. Setelah dapat, dia pulang. Mulailah dia masak-masak.
Begitu agak siang, rumah makannya buka dan dia ikut melayani pengunjung. Sampai malam. Karena pemula, hampir semua pekerjaan ia kerjakan sendiri. Dia hanya punya dua orang karyawan.
Coba bayangkan, betapa sibuknya dia. Sudah begitu, dia juga harus membayar sewa tempat, gaji karyawan, tagihan listrik, dan tagihan air. Iya kalau laku. Kalau enggak laku, gimana cara dia membayar itu semua?
Saya yakin, kalau dia memulai bisnis dari menjualkan dan tidak mengurusi produksi, segala kesibukan itu akan jauuuuuh berkurang. Biaya-biaya juga sama, akan jauuuuuh berkurang.
Saran saya buat Anda, coba dapatkan produk dengan margin yang agak longgar. Syukur-syukur kalau Anda bisa mendapatkan produk dengan repeat order yang rada tinggi.
Selanjutnya, untuk mengurangi risiko, jangan dulu menyewa tempat, jangan dulu mengambil karyawan, dan miliki mentor. Dengan begini, segala risiko dan hal-hal yang tidak diinginkan, bisa ditekan.
Kalau produk dengan ciri-ciri seperti ini telah ditemukan, yah sudah, Anda bisa langsung mulai. Menjualkan. Siap?
Segeralah Memulai
Terakhir, tidak harus sempurna untuk memulai dan menjalankan sesuatu. Just do it. Nanti sambil jalan, pelan-pelan disempurnakan.
Istilah saya, “Selagi legal dan halal, yah jajal.” Segerakan. Kalau ditunda, mood dan semangat akan turun. Sementara inflasi jalan terus. Biaya sekolah, biaya umroh, dan harga properti juga naik terus.
Sudah saatnya Anda punya income tambahan dari bisnis. Sekali lagi, mulailah. Itu saja, semoga bermanfaat.