Fundamental Review PGAS 2025: Prospek Laba, Valuasi Saham, dan Peta Bisnis Gas Pertamina

Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatatkan kinerja yang fluktuatif sepanjang paruh pertama 2025, namun tetap menyimpan potensi pertumbuhan di semester kedua seiring peningkatan pasokan gas domestik dan strategi ekspansi bisnis energi bersih.
Berdasarkan laporan keuangan 1H25, PGAS membukukan pendapatan sebesar US$1,94 miliar, meningkat 5,4% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu.
Namun, laba bersih turun 22,6% YoY menjadi US$144,4 juta akibat kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 13,3% YoY menjadi US$1,62 miliar.
Penurunan margin disebabkan oleh kenaikan biaya pembelian gas sebesar 23% YoY dan adanya rugi kurs senilai US$15,96 juta, berbalik dari laba kurs yang dicatat pada semester pertama 2024.
Namun, peningkatan volume penjualan gas tetap menjaga stabilitas pendapatan di tengah tekanan kurs dan fluktuasi harga energi global.
Data Keuangan PGAS (dalam %) – 30 Juni 2025:
Total Assets: 4.41 | Total Liabilities: 9.11 | Total Equity: 0.37
Cash & Cash Equivalents: 51.59 | Cash Flow Operating: -18.02 | Cash Flow Investing: 167.05
Cash Flow Financing: -67.49 | Total Sales: 5.37 | Net Income: -22.60
Pada semester kedua 2025, PGAS diharapkan mencatat pemulihan kinerja melalui tambahan pasokan gas dari skema multiparty swap (West Natuna dan South Sumatra Sellers) dengan peningkatan pasokan sekitar 71,8 BBTUD.
Kebijakan pemerintah yang terus mendorakan percepatan infrastruktur gas nasional dan efisiensi rantai pasok menjadi katalis positif bagi PGAS sebagai subholding gas Pertamina.
Selain bisnis distribusi gas, PGAS juga memperluas diversifikasi ke sektor energi bersih termasuk LNG, biomethane, dan hidrogen.
Langkah ini mendukung transisi energi dan strategi dekarbonisasi nasional, sekaligus membuka peluang bisnis baru di tengah perubahan pasar energi global.
Harga saham PGAS saat ini berada di level Rp1.700 per saham (naik 5,5% YTD), dengan aktivitas asing menunjukkan net sell sebesar Rp39 miliar (pembelian Rp557 miliar dan penjualan Rp596 miliar).
Namun, meski ada tekanan dari sentimen global, valuasi PGAS masih tergolong undervalued.
Berdasarkan data Bloomberg dan perhitungan konsensus analis, PGAS saat ini diperdagangkan di PER 8,64x dan PBV 0,66x, lebih rendah dari rata-rata industri gas dan energi sebesar 22x.
Bila menggunakan proyeksi PER 10x, maka harga wajar saham diperkirakan mencapai sekitar Rp1.970 per saham atau berpotensi naik sekitar 16% dari harga saat ini.
Dengan tambahan pasokan gas, efisiensi rantai suplai, dan potensi diversifikasi bisnis yang terus berkembang, PGAS dinilai memiliki momentum pemulihan yang kuat di semester kedua.
Dukungan kebijakan pemerintah dan perluasan infrastruktur LNG juga menjadi katalis penting dalam menjaga margin dan pertumbuhan bisnis di tahun 2025.
Kesimpulan: PGAS direkomendasikan BUY untuk investor menengah-panjang dengan potensi kenaikan hingga 16%, didukung oleh prospek fundamental yang membaik, valuasi menarik, dan sinergi bisnis energi bersih sebagai pendorong pertumbuhan baru.
Namun, dengan mempertimbangkan ketidakpastian margin, risiko kurs, dan tantangan operasional, rekomendasi terhadap saham PGAS adalah BUY dengan catatan, cocok sebagai saham utilitas jangka menengah dan investor disarankan untuk memantau realisasi pasokan gas, margin distribusi, serta indikator makro global.
Disclaimer: artikel ini untuk tujuan informasi, bukan rekomendasi keuangan.
Selalu konsultasikan dengan profesional investasi.