Jalan Panjang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya




Wage Rudolf Supratman. Sang Pencpita Lagu Indonesia Raya
Sumber : google




JALAN PANJANG LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA

(Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan, UHAMKA)



Indonesia Raya Sebagai Identitas Awal Pergerakan Nasionalis Pemuda
Sebuah negara tentu memilki sebuah identitas yang menjadi ciri dari negara tersebut. Identitas digunakan sebagai penanda dari sebuah negara untuk lebih memperkenalkan negara tersebut dihadapan negara lain dan memudahkan dalam mengenali negara tersebut. Indonesia sebagai sebuah negara memiliki identitas yang terkenal dan legenadaris yakni; bendera negara yakni Bendera Merah Putih, Bahasa yakni Bahasa Indonesia, lambang negara yakni Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dan lagu kebangsaan yakni Indonesia Raya. Lagu kebangsaan Indonesia Raya memiliki sejarah panjang sebelum menjadi lagu kebangsaan yang kini kita perdengarkan setiap upacara atau acara penyambutan resmi lainnya.

Lagu Indonesia Raya hadir sebagai wujud sumbangsih dari seorang anak tentara berpangkat Kopral KNIL yang juga merupakan seorang jurnalis dalam Surat Kabar Kaoem Moeda pada 1924. Ialah Wage Rudolf Soepratman yang biasa kita kenal dengan W.R. Soepratman. Beliau tergerak untuk ikut menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan pergerakan kaum muda. Seperti dikutip dari buku Wage Rudolf Supratman “ Sang Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya :

Sudah lama Supratman ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan. Akan tetapi, ia kebingungan bagaimana caranya. Supratman hanya seorang wartawan dan pemain music. Secara kebetulan ia membaca dalam majalah “Timboel” yang terbit di Solo. Dalam majalah tersebut terdapat tulisan, “Manakah komponis Indonesia yang bisa menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang dapat membangkitkan semangat rakyat?” membaca tulisan itu, hati Supratman tergerak, tulisan itu seakan-akan ditujukan kepada dirinya. - dikutip dari buku Museum Sumpah Pemuda. 2016.  Wage Rudolf Supratman “Sang Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Sumpah Pemuda. hlm. 21
Kata-kata dalam majalah tersebut mengusik pikiran Soepratman. Dia seperti terpanggil untuk membuat sebuah lagu kebangsaan yang diminta. Seperti yang dimuat dalam historia.id, Dari Timbul Lahirlah Indonesia Raya”. Fadrik Aziz Firdausi28 Okt 2017 Kalimat itu mengusik Supratman. Sepengetahuannya saat itu telah ada lagu Dari Barat Sampai ke Timur sebagai lagu kaum pergerakan. Tetapi, lagu itu belum mengesankan dan menggugah semangat berjuang. Dari situ muncul ide membikin lagu kebangsaan bukan sekadar lagu pergerakan.

Hingga pada suatu malam, W.R. Soepratman mulai menyusun not-not dan dilantunkan dengan biolanya. Ia coba terus-menerus hingga merasa puas dengan karyanya, lalu Soepratman membuat syair dari lagu yang baru saja selesai ia ciptakan. Berikut lirik asli karangan W.R. Soepratman;
Indonesia, tanah airkoe,
Tanah toempah darahkoe;
Disanalah akoe berdiri,
Mendjadi Pandoe Iboekoe.

Indonesia, kebangsaankoe,
Kebangsaan tanah airkoe;
Marilah kita berseroe
“Indonesia Bersatoe”.

Hidoeplah tanahkoe
Hidoeplah neg’rikoe
Bangsakoe, djiwakoe, semoea;

Bangoenlah Rajatnja
Bangoenlah badannja
Oentoek Indonesia Raja

Indones’, Indones’,
Meolia, moelia
Tanahkoe, neg’rikoe jang terkoejinta
Indones’, indones’,
Moelia, moelia
Hidoeplah Indonesia Raja

Indones’, indones’,
Moelia, moelia
Tanahkoe, neg’rikoe jang terkoejinta
Indones’, indones’
Moelia, moelia
Hidoeplah Indonesia Raja

(dikutip dari buku Museum Sumpah Pemuda. 2016.  Wage Rudolf Supratman “Sang Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Sumpah Pemuda. hlm. 22)

Dalam syair tersebut, Soepratman sudah menerapkan gaya pantun proposta (Tanya) dan riposta (Jawab). Hal ini dapat kita cermati dalam larik sebagai berikut :
Indonesia, tanah airkoe, (seakan-akan menanyakan)
Tanah toempah darahkoe; (seakan-akan menjawab)
Disanalah akoe berdiri, (seakan-akan menanyakan)
Mendjadi Pandoe Iboekoe. (seakan-akan menjawab)

(Bersumber dari jendela informasi ruang pamer Museum Sumpah Pemuda. di kutip pada 7 Desember 2018 pukul 12.02)


Setelah selesai seluruhnya, Soepratman berniat untuk merekam lagu ciptaannya ini. Ia mecoba menghubungi His Master Voice di Inggris namun gagal, baru ia menemua seorang keturunan tionghoa, pemilik Toko Rekaman Nv Populair sekaligus Pendiri Bioskop Roxy di Jakarta Barat dan Bioskop Ledo di Jakarta Utara, Yo Kim Tjan. Dan Yo Kim Tjan menyanggupi untuk membantu Soepratman untuk merekam lagu ciptaannya tadi. Agar mudah untuk diperdengarkan oleh masyarakat luas pada masa itu, lagu Indonesia raya direkam dalam dua versi yakni versi mars dan versi keroncong. Setelah proses rekaman, lagu tersebut di proses lebih lanjut di Jerman dan di Inggris. Baru setelah selesai diedarkan di Hindia Belanda (Indonesia) dan yang beredar pada masa itu ialah yang versi keroncong.

Sebenarnya dalam hal lirik lagu yang sesungguhnya, W.R Supratman menggunakan kata “indones, indones” dan “mulia, mulia”. Belum menggunakan kata “Indonesia raya” dan “merdeka, merdeka”. Serta pada saat diinterograsi oleh PID tahun 1930, W.R. Supratman menjawab, “kata-kata itu diubah oleh orang lain, sebab lirik naskah aslinya ‘mulia, mulia’.” Dikuatkan dengan pernyataan pak yadi, dari bagian koleksi dan registrasi museum sumpah pemuda, “sebenarnya W.R.Supratman bukan merubah ini. tapi orang-orang yang bukan W.R.Supratman jadi orang lain yang merubah ini.. indonesia raya… merdeka, merdeka… nah gitu, itu bukannya W.R.Supratman.”.

Hingga jepang mendarat di Indonesia, Lagu Indonesia Raya dijadikan salah satu alat untuk menarik simpati rakyat Indonesia untuk mendukung jepang. Walaupun hanya sebentar dan setelahnya dilarang. Hingga jepang pergi dari Indonesia, format Lagu Indonesia Raya belum seragam. Berawal dari Panitia Lagu Kebangsaan yang dibentuk tahun 1944 (hlm. 24, ketika sekutu sudah menguasai sebagian wilayah pasifik dan posisi jepang sudah terdesak. Terjadi kekacauan setelah jepang mengizinkan untuk menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Hingga jepang membentuk panitia tersebut yang diketuai oleh Ir. Soekarno, dan beranggotakan Ki Hajar Dewantara, Achiar, Bintang Soedibio, Darmawawidjaja, Kusbini, KH Mas Mansyur, Mr. Sastromoeljono, Sanusi Pane, Simanjuntak, Mr. A. Soebardjo, Mr. utojo, dan Mr. Muhammad Yamin. (Yamin, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, hlm. 9). -dikutip dari hardcopy materi yang disampaikan Djoko Marihandono, “Indonesia Raya : Dari Lagu Organisasi Menuju Lagu Kebangsaan”. seminar 90 tahun sumpah pemuda. 2018

Pemolesan Lagu Indonesia Raya Hingga Menjadi Lagu Kebangsaan Yang Megah
Pemolesan Lagu Kebangsaan Indonesia dilakukan pada tahun 1944, 1948, dan 1953. Pada tahun 1944 merupakan perubahan dari lirik aslinya ke lirik yang sekarang kita ketahui, tahun 1948 merupakan perubahan dalam tata cara menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam berbagai upacara, dan pada tahun 1953 baru perubahan terhadap komposisi instrument yang melantunkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya hingga lagu tersebut terdengar sangat megah dan agung serta memberi semangat dengan penuh filosofi perjuangan yang terkandung didalamnya. Tentunya, perjalanan ini panjang dan perlu dikupas lebih dalam mengenai jalannya peristiwa tersebut.
Dalam perjalanannya, pada tahun 1944. Panitia Lagu Kebangsaan melakukan penyempurnaan terhadap lirik lagu Indonesia Raya dari lirik aslinya dengan lirik yang kini kita nyanyikan. Berikut perubahannya :

Sumber : Penulis

Penyempurnaan masih dilanjutkan pada tahun 1948. Dengan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1948 - dikutip dari hardcopy materi yang disampaikan Djoko Marihandono, “Indonesia Raya : Dari Lagu Organisasi Menuju Lagu Kebangsaan”. seminar 90 tahun sumpah pemuda. 2018, dibentuk panitia penyempurnaan Lagau Indonesia Raya yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara. Panitia ini dibentuk untuk membuat usulan mengenai cara melantunkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Namun, kerja panitia ini sempat terhenti akibat Agresi Militer yang dilancarkan oleh Belanda. Hingga pada 1958, Soekarno meminta rekomendasi dari M. Jusuf Ronodipuro selaku Kepala Radio Republik Indonesia Studio Jakarta untuk mencari komponis yang mampu membuat aransemen dari Lagu Indonesia Raya. Jusuf Ronodipuro merekomendasikan Joz Cleber, seorang komponis baru berkebangsaan belanda untuk membuat aransemen dari Lagu Indonesia Raya. Meski Joz Cleber berkebangsaan belanda, kemampuannya dalam membuat aransemen lagu-lagu Indonesia sangat baik dan patut diperhitungkan. Akhirnya Joz Cleber bersedia membuat aransemen lagu tersebut atas izin dari Jusuf Ronodipuro. Pada saat itu Joz Cleber hanya mengerjakan aransemen musik simfoni orkestranya, sedangkan untuk aransemen music fanfare untuk militer dikerjakan oleh Nobuo Lida, seorang konduktor yang bekerja di RRI pada masa jepang.



Joz Cleber, sang peggubah Lagu Indonesia Raya
Sumber : google

Dalam prosesnya, Joz Cleber melibatkan 140 orang musisi yang berasal dari ketiga orkes RRI Studio Jakarta. Setelah melalui revisi langsung dari Soekarno, akhirnya gubahan yang ketiga lah yang cocok dengan keinginan soekarno. Karena tempo lagu yang  Di Marcia (mars) dan berirama maestro con bravura (agung dan megah). Makanya, jika kita dengarkan Lagu Indonesia Raya secara simfoni akan sangat terasa kemegahannya. Ini pesan tersirat yang ingin disampaikan soekarno bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dan soekarno ingin terus membakar semangat para pemuda dengan tempo mars nya, “Akhirnya soekarno menginginkan untuk Lagu Indonesia Raya itu dinyanyikan dengan penuh semangat”-tutur pak yadi, dari bagian koleksi dan registrasi museum sumpah pemuda.”. dan jadilah Lagu Indonesia Raya yang saat ini dikumandangkan pada acara resmi kenegaraan dan acara ceremony lainnya sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bahasa, Bendera, dan Lagu Kebangsaan.



Daftar pustaka

Buku :
Museum Sumpah Pemuda. 2016.  Wage Rudolf Supratman “Sang Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Sumpah Pemuda.

Artikel :

Fadrik Aziz Firdausi. “Dari Timbul Lahirlah Indonesia Raya”.  Artikel dalam historia.id. 28 Okt 2017


Djoko Marihandono, “Indonesia Raya : Dari Lagu Organisasi Menuju Lagu Kebangsaan”. seminar 90 tahun sumpah pemuda. 2018


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url