Bagaimana Pandemi Mengubah Hidup Kita | stage 7
Bagaimana Pandemi Mengubah Hidup Kita yang Keluar-keluar
Di tengah pandemi, saya prihatin sama mereka yang terpaksa bekerja dan hilir-mudik di luar sana, karena tuntutan nafkah dan rupiah. "Nggak keluar, yah nggak makan," jawab mereka dan itu sudah cukup menjelaskan semuanya.
Baca Juga :
Bagaimana Pandemi Mengubah Hidup Kita | stage 8
Jujur, saya salut sama mereka. Istilah lockdown, karantina, dan PSBB tidak ada dalam kamus hidup mereka. Bukannya mereka nggak menghormati dan menghargai seruan pemerintah.
Tapi menurut mereka, keadaan yang memaksa. Yang pasti, mereka itu bertanggung-jawab atas keluarganya dan benar-benar pemberani. Ada pandemi, mereka tak peduli. Mereka tetap pergi, mencari nafkah sepanjang hari. Ya, mereka itu pemberani.
Kemudian saya berpikir, kalau terhadap pandemi saja mereka berani, mestinya buka usaha yah lebih berani. Ketika pandemi, risikonya nyawa alias bisa mati. Ketika buka usaha, yah risikonya cuma rugi. Anehnya, nggak semua orang berani.
Hm, saya melihat suatu kejanggalan di sini. Sebagian kalangan menganggap modal sebagai kendala utama, saat merintis usaha. Terus, apa jawaban saya? Mungkin ya, mungkin tidak. Toh kalau uang Rp 1 juta, hampir semua orang punya dan itu sudah cukup untuk merintis usaha. Right?
Saya yakin Anda akan mengangguk mengiyakan. Soal produk, gimana? Namanya produk, tidak harus produksi sendiri. Boleh, tapi tidak harus. Kita bisa ngandalin pihak lain (vendor).
Kita cukup menjualkan saja dan ambil selisihnya. Simple. Ada yang bilang, "Ah, itu bukan pengusaha namanya." Keliru! Terbukti showroom Toyota, dealer Yamaha, dan konter iPhone juga melakukannya. Apa itu? Mereka cukup menjualkan saja dan ambil selisihnya. No production.
Lantas, gimana dengan kita? Yah coba saja jadi agent atau reseller untuk produk tertentu. Nggak rumit tho? Lebih baik lagi kalau pilih produk yang tinggi repeat order-nya dan tetap dicari walaupun lagi pandemi.
Buka deh pikiran kita. Benar-benar dibuka. Sudah saatnya kita menempuh jalan berbeda dalam mencari nafkah dan rupiah. Nggak harus ngantor. Nggak harus hilir-mudik di tengah pandemi. Masih ada kok cara lain. Think. Try.